Budidaya Jarum Tiram Yang menjanjikan


Secara alami [B]jamur kayu[/B] tumbuh pada batang-batang kayu yang sedang mengadakan pelapukan atau yang telah melapuk. Sebagai organisme yang tidak berklorofil [B]jamur[/B] mengambil nutrisi yang siap diserap yang berasal dari selulosa batang yang jadi tempat hidupnya.
Secara umum [B]jamur tiram[/B] putih membutuhkan [B]serbuk gergaji[/B] untuk jamur yang dibudidayakan secara modern sebagai media utama yang dicampur dengan elemen tambahan Komposisi media tanam jamur tiram putih yang umum digunakan adalah terdiri dari serbuk gergaji, dedak halus, kapur, TSP, gips, dan air.

Adapun peran masing-masing bahan tersebut adalah:
a. Dedak halus, sebagai sumber karbohidrat, sumber karbon dan nitrogen, juga sebagai sumber vitamin B kompleks.
b. Kapur, untuk menetralkan pH media dan mencegah adanya jasad pengganggu.
c. TSP, penyedia unsur fosfor.
d. Gips, penyedia unsur Ca dan memperkokoh media tanam.
e. Air, sumber hara dan pencampur bahan-bahan media.
Pemeliharaan jamur tiram sangat praktis dan sederhana, yaitu dengan cara menciptakan dan menjaga kondisi lingkungan pemeliharaan ([I]cultivation[/I]) yang memenuhi syarat pertumbuhan jamur tiram. Langkah-langkah pemeliharaan atau penanaman jamur tiram meliputi persiapan sarana produksi dan tahapan budidaya.

[B]B. Persiapan Sarana Produksi[/B]
1. Bangunan
Bangunan jamur sederhana dapat dibuat dari kerangka kayu (bambu) beratap daun rumbia, anyaman bambu atau anyaman jerami padi. Ukuran kumbung yang ideal adalah 84 m persegi (panjang 12 m dan lebar 7 m) dan tinggi 3,5 m. Bentuk kumbung bisa bervariasi, bisa mirip gembong kereta api atau seperti rumah. Pada umumnya ruangan atau bangunan jamur terdiri dari beberapa ruangan lagi, diantaranya:
• Ruang persiapan
Ruang persiapan adalah ruangan yang berfungsi untuk melakukan kegiatan pengayakan, Pencampuran, Pewadahan, dan Sterilisasi.
• Ruang Inokulasi:
Ruang Inokulasi adalah ruangan yang berfungsi untuk menanam pada media tanam, ruang ini harus mudah dibersihkan, tidak banyak ventilasi untuk menghindari kontaminasi (adanya mikroba lain).
• Ruang Inkubasi :
Ruangan ini memiliki fungsi untuk menumbuhkan miselium jamur pada media tanam yang sudah di inokulasi ([I]Spawning[/I]). Kondisi ruangan diatur pada suhu 22 - 28oC dengan kelembaban 60 – 80%, ruangan ini dilengkapi dengan rak-rak inkubasi untuk menempatkan media tanam dalam kantong plastik yang sudah di inokulasi.
• Ruang Penanaman :
Ruang penanaman ([I]growing[/I]) digunakan untuk menumbuhkan jamur. Ruangan ini dilengkapi juga dengan rak-rak penanaman dan alat penyemprot / pengabut. Pengabutan berfungsi untuk menyiram dan mengatur suhu pada kondisi optimal 16 - 22oC dengan kelembaban 80 - 90%.

[IMG]/images/oyster4.jpg[/IMG]oyster4

2. Peralatan
Peralatan yang digunakan pada budidaya jamur diantaranya, Mixer, cangkul, sekop, filler, botol, boiler, gerobak dorong, sendok bibit, centong.

3. Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam budidaya jamur tiram adalah Serbuk kayu, bekatul (dedak), kapur (CaCO3), gips (CaSO4), tepung jagung (biji-bijan), glukosa, kantong plastik, karet, kapas, cincin plastik.

[B]C. Tahapan Budidaya Jamur Tiram[/B]
Beberapa tahapan dalam budidaya jamur tiram yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Persiapan Bahan
Bahan yang harus dipersiapkan diantaranya serbuk gergaji, bekatul, kapur, gips, tepung jagung, dan glukosa.
Ini adalah salah satu contoh formulasi yang sering digunakan petani jamur tiram.
Formulasi Serbuk kayu (Kg) Tepung jagung (Kg) Bekatul (Kg) Gips (Kg) Kapur (Kg)
I 100 - 15 1 5
II 100 5 5 0.5 2.5
III 100 10 10 0.5 2.5
IV 100 10 10 1 5

2. Pengayakan
Serbuk kayu yang diperoleh dari penggergajian mempunyai tingkat keseragaman yang kurang baik, hal ini berakibat tingkat pertumbuhan miselia kurang merata dan kurang baik. Mengatasi hal tersebut maka serbuk gergaji perlu di ayak. Ukuran ayakan sama dengan untuk mengayak pasir (ram ayam), pengayakan harus mempergunakan masker karena dalam serbuk gergaji banyak tercampur debu dan pasir.

3. Pencampuran
Bahan-bahan yang telah ditimbang sesuai dengan kebutuhan dicampur dengan serbuk gergaji selanjutnya disiram dengan air sekitar 50 – 60 % atau kita kepal serbuk tersebut apabila menggumpal dan tidak keluar air berarti sudah cukup pemberian airnya.

4. Pengomposan
Pengomposan adalah proses pelapukan bahan yang dilakukan dengan cara membumbun campuran serbuk gergaji kemudian menutupinya dengan plastik selama 1 – 2 hari, pengomposan yang baik ditandai dengan kenaikan suhu menjadi 50oC dengan tingkat keasaman pH 6 – 7.

5. Sterilisasi
Sterilisasi dilakukan dengan mempergunakan alat stereilizer yang bertujuan menginaktifkan mikroba, bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur yang ditanam. Sterilisasi dilakukan pada suhu 80 – 90oC selama 12 jam.

6. Pembungkusan ( pembuatan Baglog )
Pembungkusan menggunakan plastik [I]polipropilen[/I] (PP) dengan ukuran yang dibutuhkan, cara membungkus yaitu dengan memasukkan ke dalam plastik kemudian dipukul sampai padat dengan botol atau menggunakan filler (alat pemadat) kemudian disimpan.

7. Inokulasi ( Pemberian bibit )
Inokulasi adalah kegiatan memasukan bibit jamur ke dalam media jamur yang telah disterilisasi. Baglog yang sudah disimpan kemudian kita ambil dan dibubuhi bibit diatasnya dengan mempergunakan sendok bibit sekitar + 3 sendok makan kemudian diikat dengan karet dan ditutup dengan kapas. Bibit yang baik yaitu:
a. Varitas unggul
b. Umur bibit optimal 45 – 60 hari
c. Warna bibit merata
d. Tidak terkontaminasi

8. Inkubasi ( masa pertumbuhan miselium )
Inkubasi dilakukan dengan cara menyimpan di ruangan inkubasi dengan kondisi tertentu. Inkubasi dilakukan hingga seluruh media berwarna putih merata, biasanya media akan tampak putih merata antara 40 – 60 hari.

9. Panen
Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang optimal, pemanenan ini biasanya dilakukan 5 hari setelah tumbuh calon jamur. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan kesegarannya dan mempermudah pemasaran.
Sumber: www.bbpp-lembang.info

0 komentar:

Post a Comment